Powered by Blogger.
Latest Post
Showing posts with label Budaya. Show all posts
Showing posts with label Budaya. Show all posts

Hijab di Kalangan Mahasiswa

Written By Unknown on Thursday, July 3, 2014 | 10:20 AM

 
pic koleksi tutorialhijab.org

Akhir – akhir ini berjilbab buknlah hal yang asing lagi dikalangan mahasiswa. Sebab dewasa ini banyak diantara mereka menggunakan jilbab tidak hanya disaat mereka kekampus saja, tetapi sudah menggunakannya di setiap aktifitas yang ada.
Namun, disayangkan, mereka menggunakan jilbab bukan karena hati nurani, melainkan karena mengikuti mode atau karena ikut – ikutan teman. Hal ini sangat disayangkan padahal jilban memiliki makna yang sangat luar biasa bagi seorang  wanita yang menggunakannya.
Namun, kenyataannya sekarang jilbab disalah gunakan oleh oknyum – oknum tertentu bahkan wanita itu sendiri. Dimana mereka memakai jilbab tetapi masih saja berpakaian ketat, dan menunjukan lekuk – lekuk tubuhnya yang belum bisa menutup aurat sepenuhnya. Padahal berjilbab sendiri  meningkatkan derajat si pemaikainya dan mencegah dari gangguan laki – laki yang  hendak menggoda ataupun menjahili, dan sebagai kontrol sosial.
Oleh karena itu, hendaknya jilbab digunakan tidak hanya sebagai tren semata atau ikut – ikutan sajau. Melainkan bener – bener tahu makna dari berjilnab dan kita berhara semoga kaum muslimah yang dimuliakan oleh ALLAH SWT. Senantiasa menjaga kehormatan dirinya dengan berjilbab sesuai dengan yang dianjurkan oleh Al – Qur`an dan AS sunnah, bukan mengikuti tren atau mengikuti yang dianggap baik oleh  kebanyakan orang disekitarnya.

Budaya Lokal Pati

Written By Unknown on Friday, June 27, 2014 | 3:15 AM

patinews PATI – Keprihatinan terhadap semakin hilangnya budaya dan kesenian asli Pati, mengusik hati sekelompok pemuda yang tergabung dalam Kumpulan Anak Asli Pati (KAAP) untuk bergerak. Kelompok yang terbentuk dari jalinan komunikasi di grup Facebook itu, mencoba kembali mengangkat dan memperkenalkan khasanah budaya asli di Bumi Mina Tani yang mulai ditinggalkan.
Sejumlah kesenian yang kini mulai jarang kelihatan, diperkenalkan dan ditampilkan dalam even Festival Kesenian Rakyat Pati, yang digelar di aula Dewan Kesenian Pati (DKP) kompleks Stadion Joyokusomo, akhir pekan kemarin. Salah satunya kesenian Tari Telik Sandi atau biasa dikenal dengan sebutan Tari Angguk dan Tari Greget Ayu.
Sejumlah kesenian yang sempat tenar pada medio 1980-1990an juga ditampilkan. Yakni kesenian barongan, dan ludruk. Hampir semua kesenian itu saat ini sudah jarang ditampilkan, bahkan regenerasinya pun mulai terputus. Satu-satunya kesenian lokal yang hingga saat ini masih eksis di Pati hanya ketoprak.
”Melihat semakin ditinggalkannya budaya dan kesenian daerah itu, membuat kami prihatin dan mencoba mengenalkannya kembali kepada kaum muda. Oleh karenanya kami memilih menampilkan kesenian itu di kompleks Stadion Joyokusumo, yang notabenenya menjadi tempat tongkrongan anak-anak muda di Pati. Kami harap pementasan ini bisa menjadi edukasi kepada masyarakat, bahwa kesenian Pati tak kalah cantik dengan budaya modern,” kata ketua panitia, sekaligus fungsionaris KAAP Agus Dliyaul Humam, kemarin.
Pertunjukan kesenian rakyat itu, otomatis menyedot perhatian kaum muda. Karena lain dari biasanya, pertunjukan yang digelar di kompleks itu selalu pertunjukan modern, baik itu pertunjukan musik pop, dangdut atau lainnya. Bahkan tak sedikit dari penonton yang rata-rata anak-anak muda yang baru tahu ada kesenian itu di daerah mereka.
”Ternyata ada ya kesenian namanya angguk di Pati. Baru kali ini tahu ada kesenian itu, karena sejak kecil tidak pernah melihatnya,” kata Kiki Primalisty, warga Semirejo, Gembong.
Bahkan festival itu juga menarik perhatian pemkab. Sejumlah Wakil Bupati Pati Budiyono dan sejumlah pimpinan SKPD terkait, tertarik untuk menyaksikan jalannya festifal tersebut. Budiyono menyatakan bangga dengan kegiatan yang digelar oleh komunitas anak-anak muda Pati tersebut.
”Seharusnya ini adalah gawe-nya pemerintah, dan ini sudah dimulai oleh anak-anak muda kita. Ke depannya kami juga berkeinginan untuk mengembangkan kegiatan ini agar juga bisa menjadi daya tarik wisata lokal,” terangnya (murianews.com)

Geliat Hidup Budaya lokal Pati

Written By Unknown on Saturday, January 4, 2014 | 12:30 PM

patiNEWS, Sekitar Pati, Seputar Kota Pati mengakiri tahun 2013 dan menyambut tahun 2014 terdapat beberapa kegiatan kegiatan berunsur menghidupkan kesenian di tanah Pati yang relevan utmuk kita expos dan perbincangkan, kegiatan kegiatan yang muncul lahir dari komunitas komunitas yang dulunya tidak pernah di perhitungkan dalam kancah budaya di kabupaten pati, lahir dari perwujudan idealisme masyarakat pati yang melihat hilangnya nilai nilai budaya lokal Pati.

Kegiatan kegiatann budaya pati bahkan ada yang melampaui batas angan orang pati mampu menampilkan sebuah gagasan gagasan  menasional. Pertama kita lihat kongko kongko budaya yang bernama "suluk malaman" kegiatan yang di motori oleh bang anis.sholeh.baasyin  mampu menghadirkan tokoh tokoh nasional yang mempunyai pemikiran pemikiran tentang konsep budaya,agama yang meng indonesia banget, dengan orkes sampak gusuranya memberikan wajah baru kegiatan budaya di tanah pati, acara yang biasanya di lakukan setiap malam sabtu pada minggu kedua di rumah adap jl Diponegoro mampu menjadi maknet bagi orang pati yang telah lama haus akan forum forum diskusi idealisme,diskusi budaya,diskusi ngalor ngidul yang memberikan secercah pemahaman yang mengindonesia mendunia. Beberapa tokoh besar yang pernah singah dan sharing ilmu di suluk maleman bisa di lihat pada gambar.

Selain suluk maleman juga ada kegiatan budaya gosek tontonan,lain dengan suluk maleman yang lebih cenderung ke pada unsur nuansa politik di gosek tontonan ini murni budaya.gosek tontonan adalah kegitan mencari (gosek) budaya kebiasaan masyarakat di wilayah wilayah tanah pati.Budaya yang sudah lama hilang di masyarakat, untuk di tampilkan,di angkat lagi menjadi tontonan yang menghibur agar kearifan budaya lokal tidak hilang biarkan para pemuda pati mengetahui budaya sendiri.
Tidak kalah seru dan patut untuk di perbincangkan sebuah kegiatan kesenian di Kajen kec margoyoso namanya 'Gandrung sastra'  tidak banyak yang kami ketahui tenang gandrung sastra ini, kalau di lihat saat pementasan ini lebih cenderung pada tempat berexpersinya para seniman lokal wilayah kajen margoyoso dan sekitarnya.Di sini masyarakat bebas berkreasi dari membaca puisi bermain drama mocopat atau bermain music 

Demikian beberapa hal tentang kegiatan budaya di kab pati, beberapa foto di atas bukan koleksi patiNEWS tetapi kita ambil dari google manakala ada yang keberatan silahkan kirim keberatan ke email kami, dan sekiranya ada yang mau menambahi atau sekedar bersay halo silahkan email ke adm.patinews(a)gmail(a)com.

Galeri Pati Tempo Dulu

Written By Unknown on Monday, May 6, 2013 | 2:35 PM

patiNEWS,Seputar kota pati, setelah poto poto sharee pati tempo dulu pati tempo dulu part 1 kali ini kita coba tampilkan lagi poto poto yang di dapat oleh reeaksi baik melalui pengiriman ke redaki maupun melalui hasi googling kami
seperti tulisan pendahulu minimnya informasi tentang foto juga terjai di sini,

Assistent-resident, regent Raden Adipati 
Asisten residen, Bupati Adipati Aria Baden Tjondro Adinegoro secara online kontroleur angin Bagian
ket :pendopo kabupaten pati jaman 1867 memprihatinkan ya :D, fotografer: Woodbury & Page / Batavia
Verv.jaar: 1867,Ukuran: 19x24 cm


Pengadilan di pati th 1867
Duduk di kursi kiri ke kanan: Kapten Cina Oei Hotam, anggota asli pengadilan, Bupati Pati, Dewan Adhipatti Ario Adhi Tjondro Negoro; penduduk LEA van Spall, presiden Pengadilan, Panitera H. D. Wiggers, anggota asli pengadilan, Penghulu haji Minhat


Vermoedelijk de regentswoning te Pati ( Kabupaten pati 1867 )

ket : Judul: Seharusnya kabupaten di Pati,fotografer: Woodbury & Page / Batavia,Verv.jaar: 1867
Verv.plaats: Pati,Ukuran Foto: cm 19x23,Sumber: 3518 (foto, cetak albumen), Hindia Belanda dalam foto, 1860-1940, Royal Institute of bahasa, geografi dan etnologi (KITLV),Copyright: Untuk informasi: Royal Institute of bahasa, geografi dan etnologi (KITLV)





Lukisan cat air pemandangan juwana abat19




Lukisan rumah desa di pati

gambar ini di di ambil dari perpustakaan negara  Sumber

ket : Judul: Rumah Desa di Pati artist: George Ferdinand Erfmann lokasi Indonesia Verv.jaar: 18-05-1939
teknik: kertas digambar dengan kapur obyek: gambar kapur Ukuran: 32 x 25 cm (12 5/8 x 9 13/16 inci).
Sumber: 3948-35 (gambar kapur, kertas, digambar dengan kapur), Pameran Dunia Kolonial, Royal Tropical Institute / Tropenmuseum
Copyright: Untuk informasi: Royal Tropical Institute / Tropenmuseum
Een stoomtrein voor het hoofdkantoor van de Semarang-Joana Stoomtrammaatschappij ( Sebuah kereta uap untuk markas Semarang-Joana Tramway Perusahaan )
Sumber
 ket : Judul: Sebuah kereta uap ke markas Semarang-Joana Tramway Perusahaan
fotografer: Photographisch Atelier Kurkdjian
Sumber: [A20-299], Kern Fotografi Koleksi, Museum of Ethnology
Copyright: Untuk informasi lebih lanjut: National Museum of Ethnology

Portret van Raden Ajoe Wurno van Joana
Portret van Verona van Joana
Een aandeel van de Semarang-Joana Stoomtram Maatschappij
gak tahu ini apa kupon undian atau surat berharga

foto di ambil dari musium belanda   Sumber
Rivier te Joewono bij Pati ( sungai juwana 1860-1940 )
semua gambar adalah bukan koleksi patiNEWS, apabila ada yang merasa keberatan silahkan kirim keberatan ke admin patiNEWS,terimakasih,manakala ada yang mempunyai koleksi atau opini tentang pati untuk di publikasikan di patiNEWS bisa mengirimkan nya ke admin patiNEWS Disini dan Disini

Sepengal Cerita Ondorate dan Syekh Makdum

Written By Unknown on Thursday, May 2, 2013 | 7:36 AM


Bingung Ora Dunung, Obah Kesandhung, Mlangkah Kedlarung 

patiNEWS,Seputar kota pati,PortalPATI,setelah kami baca teryata yg di jadikan cerita di sini adalah cerita dari bumi pati, antara rono rantai dan syeh mahdum,sebuah cerita yg membawa makna dan arti tinggi dalem.,tulisan ini saya copas dari suara merdeka,
Sekali waktu sanak kadang menyempatkan diri ndhudhah bothekan pitutur kejawen, akan ketemu wewarah yang berbunyi, ‘’Bingung ora dunung, obah kesandhung, mlangkah kedlarung.’’ Untuk mbabar makna peribahasa ini bisa kita gunakan contoh kasus Ondorante, tokoh legenda dalam ketoprak Keris Jangkung. Cerita ini pun telah dikasetkan dan sangat populer di wilayah eks Karesidenan Pati.
Konon, pada masa pemerintahan Sultan Agung, ada kawula Kadipaten Pati yang suka membuat onar. Namanya Ondorante. Kisahnya, Ondorante sering marah dan membubarkan orang-orang yang mau salat di masjid. Beduk masjid di rusak, perempuan-perempuan berjilbab diejek, dilempari batu. Berkali-kali umat Islam di desa melawan, namun selalu kalah karena kesaktian Ondorante sangat tinggi. Bahkan ketika Adipati Mangun Oneng (Adipati Pati) dan Tumenggung Sombo Pradan juga turun tangan, keduanya juga dibuat bertekuk lutut oleh Ondorante.
Akhirnya, peristiwa itu dilaporkan ke Mataram. Sultan Agung mengutus Syekh Makdum Alatas untuk menangani ontran-ontran tadi. Kepada Syekh Makdum dijanjikan, kalau bisa ngrangket Ondorante akan dihadiahi tanah untuk mendirikan pondok pesantren di Sitinggil (desa tempat Ondorante berada). Singkat cerita, setelah mereka bertemu, Syekh Makdum dan Ondorante terlibat perdebatan sengit. Dan karena Ondorante tidak mau menyadari kesalahan, maka terjadilah perang tanding. Hanya, perang tanding itu pun juga tidak menyelesaikan masalah. Sebab, kesaktian mereka seimbang. Keduanya sama-sama teguh tanggon, sama-sama memiliki segudang aji jaya kawijayan sekaligus penangkal.
Ketika sedang silih ungkih itu, tiba-tiba Syekh Makdum sadar, dan ingat pesan almarhum guru. Kemudian dia menghindar dari gelanggang dan menemui muridnya, Klinthing Wesi. Kepada si murid ia berbisik, ‘’Rumangsa lingsem aku ditantang bocah nganti padudon ngrembug bab kapitayan. Awit aku kemutan marang dhawuhe guruku biyen, menawa kapitayanmu iku kapitayanmu, kapitayanku iku kapitayanku...’’ Dengan kesadaran seperti itu Syekh Makdum segera melakukan salat makrifat. Setelah salat ia meninggal dengan tenang tanpa sebab. Konon, setelah dikubur, dari makamnya muncul keris yang dapat mengalahkan Ondorante. Keris tersebut dinamai keris Kyai Jangkung.
Dalam kisah ketoprak ini diceritakan pula mengapa Ondorante suka marah-marah terhadap orang-orang yang akan salat di masjid. Ia jengkel mendengar azan, yang oleh Ondorante bunyinya dipelesetkan menjadi: ‘’lawa bubar...lawa bubar.’’ Merusak beduk karena jengkel suaranya kok dipercaya, dan membuat orang-orang berdatangan ke masjid untuk salat. Padahal, beduk hanya terbuat dari kulit sapi. Ia juga jengkel kepada perempuan-perempuan berkerudung (berjilbab) karena tidak bisa melihat dan menikmati kecantikannya. Menurut Ondorante, pakai jilbab seperti orang mau ‘’ngundhuh tawon’’.
Dalam pandangan budaya Jawa, orang bingung digambarkan seperti ‘’kelangan keblat’’. Seluruh sikap perilakunya jadi kehilangan arah, berputar-putar tak tentu tujuan. Mau ke utara, jalannya ke selatan. Mau ke barat, langkahnya menuju timur. Dan celakanya, orang bingung jadi sering bertindak ngawur, ceroboh, grusa-grusu. Persis seperti Ondorante. Orang bingung sama halnya tengah mengalami kegelapan. Menurut kapitayan Jawa, siapa pun yang sedang kebingungan, berada dalam kegelapan, dirundung masalah yang rumit dan pelik, jangan buru-buru bergerak. Dia harus menemukan ‘’pepadhange ati’’ lebih dulu, karena mata tak lagi mampu menembus kegelapan atau masalah yang menyelimuti jiwa raganya. Soalnya, dalam puncak kebingungan, semua jadi jungkir balik. Atas jadi bawah, putih jadi merah! Nah, ketika kebingungan belum teratasi, melakukan apa pun kebanyakan hasilnya akan wurung, sia-sia. Ketika bingung, ora dunung, kemudian berbuat ceroboh sampai kesandhung dan kedlarung, akhirnya tentu hanya penyesalan yang kita rasakan. Dan untuk penyesalan seperti itu, di Jawa sudah ada unen-unen yang menunggu dan siap mengejek terang-terangan: ‘’Keduwung nguntal wedhung.’’ Memang, semua orang pernah bingung, tetapi kebingungan itu perlu dijinakkan lebih dulu sebelum berbuat, sehingga tidak menjadi batu sandungan yang membuyarkan impian dan harapan.
Kalau dionceki, tokoh Ondorante ini jelas menunjukkan tanda-tanda orang bingung. Persis unen-unen Jawa: gudel bingung. Anak kerbau yang nyrudug-nyrudug tak keruan juntrungnya karena tidak tahu dan tidak bisa menyesuaikan diri terhadap situasi kondisi yang dihadapi. Orang bingung sering juga digambarkan seperti ‘’nglangkahi oyod mimang’’. Konon, oyod mimang ada yang mengartikan akar beringin. Namun dalam pandangan lain, oyod mimang adalah akar pohon apa saja yang bentuk dan strukturnya aneh. Ujung akar membentuk belitan berkali-kali dan tidak lagi memanjang seperti lazimnya akar biasa.
(Eko Wahyu Budiyanto/CN37) Sumber      

Nama Nama Penguasa Kota Pati

Written By Unknown on Tuesday, April 30, 2013 | 9:17 AM




Portal Pati,Pati_News,Seputar Kota Pati, Beberapa Waktu yang lalu admin sempat ada acara di gedung joyokusumo Komplek Kabupaten pati,di dalam Ruangan joyokusumo terpampang foto foto lama,foto seseorang yang sangat mengelitik untuk di lihat setelah di amati teryata foto foto tersebut adalah foto foto para penguasa tanah pati dari dulu hingga saat ini, sayang saat itu belum sempat mengabadikan fotonya,








1Raden TambranegaraAdipati di Kabupaten Pesantenan dan Pati Sekitar tahun 1300 
2Raden Tandanegara Adipati di Kabupaten Pati Tahun 1330 
3Kayu BralitAdipati di Kabupaten PatiTahun 1511-1518 (de Grafi)
4Ki Agen PenjawiAdipati di Kabupaten Pati setelah gugurnya Arya PenangsangTahun 1568-15...
5Raden Sidik Bergelar Djajakoesoema IAdipati di Kabupaten PatiTahun 1577-1601
6Djajakoesoema IIAdipati di Kabupaten Pati (Adipati Pragola)Tahun 1601-1628
7Ki Arja Pagedongan/Penjaringan (Djajakoesoema II)Adipati di Kabupaten Pati (Adipati Pragola II)Tahun 1628-1640
8Adipati Pragola II, pemerintahan kosong/tidak didirikan Adipati tetapi akan tetapi pemerintahan pecah menjadi 2 (dua)
Katemenggungan dan 7 (tujuh)
Kademengan, Yaitu :
Katemenggunan :
* Toemenggung Wetanan
* Toemenggung Koelonan
Kademangan :
* Demang Tenggeles
* Demang Selowesi
* Demang Tjengkalsewu
* Demang Glongsong
* Demang Paselehan
* Demang Margotoehoe
* Demang Juwono


9Mangoen Oneng I (Lepek)Adipati di Kabupaten Patis/d tahun 1670 (pakem)
10Mangoen Oneng II (Widjo)Adipati di Kabupaten PatiTahun 1678-1682
11Toemenggung Tirtonoto
Adik Mangoen Oneng
Adipati di Kabupaten PatiTahun 1682-1690
12Mengoen Oneng III (Abroenoto)Adipati di Kabupaten Pati (Putra Mangoen Oneng II)Tahun 1690-1701
13Soemodipoera (Putra Pangeran Koedoes)Adipati di Kabupaten PatiTahun 1701-1718
14Pangeran Koming (Pamegat Koming I) Adipati di Kabupaten Pati (Putra Soemodipoero)Tahun 1718-1720
15Pangeran Kuning (Pamegat Sari II)Adipati di Kabupaten Pati (Wafat dan makamnya di Kudus) Tahun 1720
16Pamegat Sari III (Raden Wiratmodjo II)Adipati di Kabupaten Pati
(PAKEM, Hal 131, No. 16 zie sejarah 7/407)
Dukuh Muktisari Desa Muktisari Desa
17Pangeran Aryo (Megat Sari III)Adipati di Kabupaten Pati (Zaman Deandels zie sejarah 9/407)Diasingklan ke Belanda dan Makamya di Surabaya 
18* Sosrodiningrat
* Mangunkusumo
Bupati Pati Wetan
Bupati Pati Kulon
Tahun 1807-1808
19Kiai Adipati TjondroagoroBupati Pati Pindahan dari Bupati LamonganTahun 1808-1812
20Adipati Raden TjondronagoroBupati Pati dimakamkan di Desa Puri PatiTahun 1812-1829
21Raden Bagoes Mita
bergelar Kandjeng Pangeran Ario Tjondro Adinegeoro
Bupati PatiTahun 1812-1829
Dapat dibaca pada prasasti berdirinya masjid Gambiran Pati
22Raden Bagoes Kasan
Bergelar Raden Adipati
Ario Tjondro Adinegoro
Bupati PatiTahun 1896-1904
23Raden Toemenggong
Prawiro Werdojo
Bupati PatiTahun 1904-1907
24Raden Adipati Ario SoewondoBupati PatiTahun 1907-1934
Wafat 4 Juni 1934
25K.G.P. DipokoesoemoBupati Pati (Enam bulan)Tahun 1934-1935
26R.T.A MilonoBupati Pati kemudian menjadi Residen PatiTahun 135-1945
Tahun 1945-1948
27M. Moerjono DjojodigdoBupati PatiTahun 1945-1948
Tahun 1948 terjadi perebutan oleh PKI/Muso, mulai Desember 1948 ClashII Pd. Bupati Pati ditunjuk Sukemi Wedono Tayu
28Raden SoebijantoBupati PatiTahun 1950-1952
29Raden Soekardji
Mangoen Koesoemo
Bupati PatiTahun 1952-1954
30Palal al Pranoto
Palal al Pranoto
Bupati Pati
Kepala Daerah Swatantra
Tahun 1954-1957
Tahun 1957-1959
31M. Soermardi Soero Prawiro Pegawai Tinggi diperbantukan Pemda tingkat IITahun 1957-1959
32M. SoetjiptoBupati kdh. PatiTahun 1959-1967
33A.K.B.P Raden SoehargoBupati Kdh. PatiTahun 1959-1967
34Kol. Pol.Drs. Edy Rustam SantikoBupati Kdh.PatiTahun 1973-1979
35Kol. Inf. Panoedjoe Hidayatbupati Kdh. PatiTahun 1971981
menjabat 18 bulan/meninggal dunia
36Drs. Soeparto Soewondo Residen Pati merangkap Pj. Bupati Kdh. tingkat II Patis/d agustus 1981
37Kol. Art. SaoedjiBupati Kdh. Tingkat II Pati6 Agustus 1981 sd September 1991
38Kol. Kav. SunardjiBupati Kdh. Tingkat II patiSeptember 1991 s/d September 1996
39Kol. Art. H. Yusuf MuhammadBupati Kdh. Tingkat II PatiSeptember 1996 s/d September 2001
40H. Tasiman, SH
Drs. Kotot Kusmanto 
Bupati Pati
Wakil Bupati
September 2001 s/d
September 2006
41H. Tasiman, SH
Kartika Sukawati, SE. MM
Bupati Pati
Wakil Bupati
September 2006 s/d 2010
Sumber Data : Segogandul.com

Penguasa Yang Baru saat ini adalah Bpk Haryanto dan Bp Budiono sebagai bupati dan wakil bupati kab pati.

untuk  foto foto bupati pati tempo dulu silahkan liat di mari http://bit.ly/ZYElWk  karena foto terproteksi jadi agar tidak menyalahi aturan maka kami tidak akan menyalin dr sumber foto,mungkin kapan kapan kalau ada acara lagi di ruang joyokusumo kab pati kita akan ambil gambar lagsung.salam pati bumi mina tani berdaya upaya menuju pati yang makmur.

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. PatiNEWS - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger