Latest Post
Showing posts with label Budaya. Show all posts
Showing posts with label Budaya. Show all posts
10:20 AM
Akhir – akhir ini berjilbab buknlah hal yang asing lagi dikalangan mahasiswa. Sebab dewasa ini banyak diantara mereka menggunakan jilbab tidak hanya disaat mereka kekampus saja, tetapi sudah menggunakannya di setiap aktifitas yang ada.
Namun, disayangkan, mereka menggunakan jilbab bukan karena hati nurani, melainkan karena mengikuti mode atau karena ikut – ikutan teman. Hal ini sangat disayangkan padahal jilban memiliki makna yang sangat luar biasa bagi seorang wanita yang menggunakannya.
Namun, kenyataannya sekarang jilbab disalah gunakan oleh oknyum – oknum tertentu bahkan wanita itu sendiri. Dimana mereka memakai jilbab tetapi masih saja berpakaian ketat, dan menunjukan lekuk – lekuk tubuhnya yang belum bisa menutup aurat sepenuhnya. Padahal berjilbab sendiri meningkatkan derajat si pemaikainya dan mencegah dari gangguan laki – laki yang hendak menggoda ataupun menjahili, dan sebagai kontrol sosial.
Oleh karena itu, hendaknya jilbab digunakan tidak hanya sebagai tren semata atau ikut – ikutan sajau. Melainkan bener – bener tahu makna dari berjilnab dan kita berhara semoga kaum muslimah yang dimuliakan oleh ALLAH SWT. Senantiasa menjaga kehormatan dirinya dengan berjilbab sesuai dengan yang dianjurkan oleh Al – Qur`an dan AS sunnah, bukan mengikuti tren atau mengikuti yang dianggap baik oleh kebanyakan orang disekitarnya.
Hijab di Kalangan Mahasiswa
Written By Unknown on Thursday, July 3, 2014 | 10:20 AM
![]() |
pic koleksi tutorialhijab.org |
Akhir – akhir ini berjilbab buknlah hal yang asing lagi dikalangan mahasiswa. Sebab dewasa ini banyak diantara mereka menggunakan jilbab tidak hanya disaat mereka kekampus saja, tetapi sudah menggunakannya di setiap aktifitas yang ada.
Namun, disayangkan, mereka menggunakan jilbab bukan karena hati nurani, melainkan karena mengikuti mode atau karena ikut – ikutan teman. Hal ini sangat disayangkan padahal jilban memiliki makna yang sangat luar biasa bagi seorang wanita yang menggunakannya.
Namun, kenyataannya sekarang jilbab disalah gunakan oleh oknyum – oknum tertentu bahkan wanita itu sendiri. Dimana mereka memakai jilbab tetapi masih saja berpakaian ketat, dan menunjukan lekuk – lekuk tubuhnya yang belum bisa menutup aurat sepenuhnya. Padahal berjilbab sendiri meningkatkan derajat si pemaikainya dan mencegah dari gangguan laki – laki yang hendak menggoda ataupun menjahili, dan sebagai kontrol sosial.
Oleh karena itu, hendaknya jilbab digunakan tidak hanya sebagai tren semata atau ikut – ikutan sajau. Melainkan bener – bener tahu makna dari berjilnab dan kita berhara semoga kaum muslimah yang dimuliakan oleh ALLAH SWT. Senantiasa menjaga kehormatan dirinya dengan berjilbab sesuai dengan yang dianjurkan oleh Al – Qur`an dan AS sunnah, bukan mengikuti tren atau mengikuti yang dianggap baik oleh kebanyakan orang disekitarnya.
Label:
Budaya
3:15 AM
Sejumlah kesenian yang sempat tenar pada medio 1980-1990an juga ditampilkan. Yakni kesenian barongan, dan ludruk. Hampir semua kesenian itu saat ini sudah jarang ditampilkan, bahkan regenerasinya pun mulai terputus. Satu-satunya kesenian lokal yang hingga saat ini masih eksis di Pati hanya ketoprak.
”Melihat semakin ditinggalkannya budaya dan kesenian daerah itu, membuat kami prihatin dan mencoba mengenalkannya kembali kepada kaum muda. Oleh karenanya kami memilih menampilkan kesenian itu di kompleks Stadion Joyokusumo, yang notabenenya menjadi tempat tongkrongan anak-anak muda di Pati. Kami harap pementasan ini bisa menjadi edukasi kepada masyarakat, bahwa kesenian Pati tak kalah cantik dengan budaya modern,” kata ketua panitia, sekaligus fungsionaris KAAP Agus Dliyaul Humam, kemarin.
Pertunjukan kesenian rakyat itu, otomatis menyedot perhatian kaum muda. Karena lain dari biasanya, pertunjukan yang digelar di kompleks itu selalu pertunjukan modern, baik itu pertunjukan musik pop, dangdut atau lainnya. Bahkan tak sedikit dari penonton yang rata-rata anak-anak muda yang baru tahu ada kesenian itu di daerah mereka.
”Ternyata ada ya kesenian namanya angguk di Pati. Baru kali ini tahu ada kesenian itu, karena sejak kecil tidak pernah melihatnya,” kata Kiki Primalisty, warga Semirejo, Gembong.
Bahkan festival itu juga menarik perhatian pemkab. Sejumlah Wakil Bupati Pati Budiyono dan sejumlah pimpinan SKPD terkait, tertarik untuk menyaksikan jalannya festifal tersebut. Budiyono menyatakan bangga dengan kegiatan yang digelar oleh komunitas anak-anak muda Pati tersebut.
”Seharusnya ini adalah gawe-nya pemerintah, dan ini sudah dimulai oleh anak-anak muda kita. Ke depannya kami juga berkeinginan untuk mengembangkan kegiatan ini agar juga bisa menjadi daya tarik wisata lokal,” terangnya (murianews.com)
Budaya Lokal Pati
Written By Unknown on Friday, June 27, 2014 | 3:15 AM
patinews PATI – Keprihatinan terhadap semakin
hilangnya budaya dan kesenian asli Pati, mengusik hati sekelompok pemuda
yang tergabung dalam Kumpulan Anak Asli Pati (KAAP) untuk bergerak.
Kelompok yang terbentuk dari jalinan komunikasi di grup Facebook itu,
mencoba kembali mengangkat dan memperkenalkan khasanah budaya asli di
Bumi Mina Tani yang mulai ditinggalkan.
Sejumlah kesenian yang kini mulai jarang kelihatan, diperkenalkan dan
ditampilkan dalam even Festival Kesenian Rakyat Pati, yang digelar di
aula Dewan Kesenian Pati (DKP) kompleks Stadion Joyokusomo, akhir pekan
kemarin. Salah satunya kesenian Tari Telik Sandi atau biasa dikenal
dengan sebutan Tari Angguk dan Tari Greget Ayu.Sejumlah kesenian yang sempat tenar pada medio 1980-1990an juga ditampilkan. Yakni kesenian barongan, dan ludruk. Hampir semua kesenian itu saat ini sudah jarang ditampilkan, bahkan regenerasinya pun mulai terputus. Satu-satunya kesenian lokal yang hingga saat ini masih eksis di Pati hanya ketoprak.
”Melihat semakin ditinggalkannya budaya dan kesenian daerah itu, membuat kami prihatin dan mencoba mengenalkannya kembali kepada kaum muda. Oleh karenanya kami memilih menampilkan kesenian itu di kompleks Stadion Joyokusumo, yang notabenenya menjadi tempat tongkrongan anak-anak muda di Pati. Kami harap pementasan ini bisa menjadi edukasi kepada masyarakat, bahwa kesenian Pati tak kalah cantik dengan budaya modern,” kata ketua panitia, sekaligus fungsionaris KAAP Agus Dliyaul Humam, kemarin.
Pertunjukan kesenian rakyat itu, otomatis menyedot perhatian kaum muda. Karena lain dari biasanya, pertunjukan yang digelar di kompleks itu selalu pertunjukan modern, baik itu pertunjukan musik pop, dangdut atau lainnya. Bahkan tak sedikit dari penonton yang rata-rata anak-anak muda yang baru tahu ada kesenian itu di daerah mereka.
”Ternyata ada ya kesenian namanya angguk di Pati. Baru kali ini tahu ada kesenian itu, karena sejak kecil tidak pernah melihatnya,” kata Kiki Primalisty, warga Semirejo, Gembong.
Bahkan festival itu juga menarik perhatian pemkab. Sejumlah Wakil Bupati Pati Budiyono dan sejumlah pimpinan SKPD terkait, tertarik untuk menyaksikan jalannya festifal tersebut. Budiyono menyatakan bangga dengan kegiatan yang digelar oleh komunitas anak-anak muda Pati tersebut.
”Seharusnya ini adalah gawe-nya pemerintah, dan ini sudah dimulai oleh anak-anak muda kita. Ke depannya kami juga berkeinginan untuk mengembangkan kegiatan ini agar juga bisa menjadi daya tarik wisata lokal,” terangnya (murianews.com)
12:30 PM
Kegiatan kegiatann budaya pati bahkan ada yang melampaui
batas angan orang pati mampu menampilkan sebuah gagasan gagasan menasional. Pertama kita lihat kongko kongko budaya yang
bernama "suluk malaman" kegiatan yang di motori oleh bang anis.sholeh.baasyin mampu
menghadirkan tokoh tokoh nasional yang mempunyai pemikiran pemikiran
tentang konsep budaya,agama yang meng indonesia banget, dengan orkes sampak
gusuranya memberikan wajah baru kegiatan budaya di tanah pati, acara yang
biasanya di lakukan setiap malam sabtu pada minggu kedua di rumah adap
jl Diponegoro mampu menjadi maknet bagi orang pati yang telah lama haus
akan forum forum diskusi idealisme,diskusi budaya,diskusi ngalor ngidul
yang memberikan secercah pemahaman yang mengindonesia mendunia. Beberapa tokoh besar
yang pernah singah dan sharing ilmu di suluk maleman bisa di lihat pada
gambar.
Selain suluk maleman juga ada kegiatan budaya gosek tontonan,lain dengan suluk maleman yang lebih cenderung ke pada unsur nuansa politik di gosek tontonan ini murni budaya.gosek tontonan adalah kegitan mencari (gosek) budaya kebiasaan masyarakat di wilayah wilayah tanah pati.Budaya yang sudah lama hilang di masyarakat, untuk di tampilkan,di angkat lagi menjadi tontonan yang menghibur agar kearifan budaya lokal tidak hilang biarkan para pemuda pati mengetahui budaya sendiri.
Tidak kalah seru dan patut untuk di perbincangkan sebuah kegiatan kesenian di Kajen kec margoyoso namanya 'Gandrung sastra' tidak banyak yang kami ketahui tenang gandrung sastra ini, kalau di lihat saat pementasan ini lebih cenderung pada tempat berexpersinya para seniman lokal wilayah kajen margoyoso dan sekitarnya.Di sini masyarakat bebas berkreasi dari membaca puisi bermain drama mocopat atau bermain music
Demikian beberapa hal tentang kegiatan budaya di kab pati, beberapa foto di atas bukan koleksi patiNEWS tetapi kita ambil dari google manakala ada yang keberatan silahkan kirim keberatan ke email kami, dan sekiranya ada yang mau menambahi atau sekedar bersay halo silahkan email ke adm.patinews(a)gmail(a)com.
Geliat Hidup Budaya lokal Pati
Written By Unknown on Saturday, January 4, 2014 | 12:30 PM
patiNEWS, Sekitar Pati, Seputar Kota Pati mengakiri tahun 2013 dan menyambut tahun 2014 terdapat beberapa kegiatan kegiatan berunsur menghidupkan kesenian di tanah Pati yang relevan utmuk kita expos dan perbincangkan, kegiatan kegiatan yang muncul lahir dari komunitas komunitas yang dulunya tidak pernah di perhitungkan dalam kancah budaya di kabupaten pati, lahir dari perwujudan idealisme masyarakat pati yang melihat hilangnya nilai nilai budaya lokal Pati.
Selain suluk maleman juga ada kegiatan budaya gosek tontonan,lain dengan suluk maleman yang lebih cenderung ke pada unsur nuansa politik di gosek tontonan ini murni budaya.gosek tontonan adalah kegitan mencari (gosek) budaya kebiasaan masyarakat di wilayah wilayah tanah pati.Budaya yang sudah lama hilang di masyarakat, untuk di tampilkan,di angkat lagi menjadi tontonan yang menghibur agar kearifan budaya lokal tidak hilang biarkan para pemuda pati mengetahui budaya sendiri.

Demikian beberapa hal tentang kegiatan budaya di kab pati, beberapa foto di atas bukan koleksi patiNEWS tetapi kita ambil dari google manakala ada yang keberatan silahkan kirim keberatan ke email kami, dan sekiranya ada yang mau menambahi atau sekedar bersay halo silahkan email ke adm.patinews(a)gmail(a)com.
2:35 PM
Galeri Pati Tempo Dulu
Written By Unknown on Monday, May 6, 2013 | 2:35 PM
patiNEWS,Seputar kota pati, setelah poto poto sharee pati tempo dulu pati tempo dulu part 1 kali ini kita coba tampilkan lagi poto poto yang di dapat oleh reeaksi baik melalui pengiriman ke redaki maupun melalui hasi googling kami
seperti tulisan pendahulu minimnya informasi tentang foto juga terjai di sini,
ket :pendopo kabupaten pati jaman 1867 memprihatinkan ya :D, fotografer: Woodbury & Page / Batavia
Verv.jaar: 1867,Ukuran: 19x24 cm
ket : Judul: Seharusnya kabupaten di Pati,fotografer: Woodbury & Page / Batavia,Verv.jaar: 1867
Verv.plaats: Pati,Ukuran Foto: cm 19x23,Sumber: 3518 (foto, cetak albumen), Hindia Belanda dalam foto, 1860-1940, Royal Institute of bahasa, geografi dan etnologi (KITLV),Copyright: Untuk informasi: Royal Institute of bahasa, geografi dan etnologi (KITLV)
gambar ini di di ambil dari perpustakaan negara Sumber
ket : Judul: Rumah Desa di Pati artist: George Ferdinand Erfmann lokasi Indonesia Verv.jaar: 18-05-1939
teknik: kertas digambar dengan kapur obyek: gambar kapur Ukuran: 32 x 25 cm (12 5/8 x 9 13/16 inci).
Sumber: 3948-35 (gambar kapur, kertas, digambar dengan kapur), Pameran Dunia Kolonial, Royal Tropical Institute / Tropenmuseum
Copyright: Untuk informasi: Royal Tropical Institute / Tropenmuseum
seperti tulisan pendahulu minimnya informasi tentang foto juga terjai di sini,
Assistent-resident, regent Raden Adipati Asisten residen, Bupati Adipati Aria Baden Tjondro Adinegoro secara online kontroleur angin Bagian |
Verv.jaar: 1867,Ukuran: 19x24 cm
Vermoedelijk de regentswoning te Pati ( Kabupaten pati 1867 ) |
ket : Judul: Seharusnya kabupaten di Pati,fotografer: Woodbury & Page / Batavia,Verv.jaar: 1867
Verv.plaats: Pati,Ukuran Foto: cm 19x23,Sumber: 3518 (foto, cetak albumen), Hindia Belanda dalam foto, 1860-1940, Royal Institute of bahasa, geografi dan etnologi (KITLV),Copyright: Untuk informasi: Royal Institute of bahasa, geografi dan etnologi (KITLV)
![]() |
Lukisan cat air pemandangan juwana abat19 |
Lukisan rumah desa di pati |
gambar ini di di ambil dari perpustakaan negara Sumber
ket : Judul: Rumah Desa di Pati artist: George Ferdinand Erfmann lokasi Indonesia Verv.jaar: 18-05-1939
teknik: kertas digambar dengan kapur obyek: gambar kapur Ukuran: 32 x 25 cm (12 5/8 x 9 13/16 inci).
Sumber: 3948-35 (gambar kapur, kertas, digambar dengan kapur), Pameran Dunia Kolonial, Royal Tropical Institute / Tropenmuseum
Copyright: Untuk informasi: Royal Tropical Institute / Tropenmuseum
Een stoomtrein voor het hoofdkantoor van de Semarang-Joana Stoomtrammaatschappij ( Sebuah kereta uap untuk markas Semarang-Joana Tramway Perusahaan ) Sumber |
ket : Judul: Sebuah kereta uap ke markas Semarang-Joana Tramway Perusahaan
fotografer: Photographisch Atelier Kurkdjian
Sumber: [A20-299], Kern Fotografi Koleksi, Museum of Ethnology
Copyright: Untuk informasi lebih lanjut: National Museum of Ethnology
Portret van Raden Ajoe Wurno van Joana |
Portret van Verona van Joana |
Een aandeel van de Semarang-Joana Stoomtram Maatschappij gak tahu ini apa kupon undian atau surat berharga |
foto di ambil dari musium belanda
Sumber
Rivier te Joewono bij Pati ( sungai juwana 1860-1940 ) |
semua gambar adalah bukan koleksi patiNEWS, apabila ada yang merasa keberatan silahkan kirim keberatan ke admin patiNEWS,terimakasih,manakala ada yang mempunyai koleksi atau opini tentang pati untuk di publikasikan di patiNEWS bisa mengirimkan nya ke admin patiNEWS Disini dan Disini
Label:
Berita,
Budaya,
Lokal,
Opini,
Pariwisata
7:36 AM
patiNEWS,Seputar kota pati,PortalPATI,setelah kami baca teryata yg di jadikan cerita di sini adalah cerita dari bumi pati, antara rono rantai dan syeh mahdum,sebuah cerita yg membawa makna dan arti tinggi dalem.,tulisan ini saya copas dari suara merdeka,
Sekali waktu sanak kadang menyempatkan diri ndhudhah bothekan pitutur kejawen, akan ketemu wewarah yang berbunyi, ‘’Bingung ora dunung, obah kesandhung, mlangkah kedlarung.’’ Untuk mbabar makna peribahasa ini bisa kita gunakan contoh kasus Ondorante, tokoh legenda dalam ketoprak Keris Jangkung. Cerita ini pun telah dikasetkan dan sangat populer di wilayah eks Karesidenan Pati.
Konon, pada masa pemerintahan Sultan Agung, ada kawula Kadipaten Pati yang suka membuat onar. Namanya Ondorante. Kisahnya, Ondorante sering marah dan membubarkan orang-orang yang mau salat di masjid. Beduk masjid di rusak, perempuan-perempuan berjilbab diejek, dilempari batu. Berkali-kali umat Islam di desa melawan, namun selalu kalah karena kesaktian Ondorante sangat tinggi. Bahkan ketika Adipati Mangun Oneng (Adipati Pati) dan Tumenggung Sombo Pradan juga turun tangan, keduanya juga dibuat bertekuk lutut oleh Ondorante.
Akhirnya, peristiwa itu dilaporkan ke Mataram. Sultan Agung mengutus Syekh Makdum Alatas untuk menangani ontran-ontran tadi. Kepada Syekh Makdum dijanjikan, kalau bisa ngrangket Ondorante akan dihadiahi tanah untuk mendirikan pondok pesantren di Sitinggil (desa tempat Ondorante berada). Singkat cerita, setelah mereka bertemu, Syekh Makdum dan Ondorante terlibat perdebatan sengit. Dan karena Ondorante tidak mau menyadari kesalahan, maka terjadilah perang tanding. Hanya, perang tanding itu pun juga tidak menyelesaikan masalah. Sebab, kesaktian mereka seimbang. Keduanya sama-sama teguh tanggon, sama-sama memiliki segudang aji jaya kawijayan sekaligus penangkal.
Ketika sedang silih ungkih itu, tiba-tiba Syekh Makdum sadar, dan ingat pesan almarhum guru. Kemudian dia menghindar dari gelanggang dan menemui muridnya, Klinthing Wesi. Kepada si murid ia berbisik, ‘’Rumangsa lingsem aku ditantang bocah nganti padudon ngrembug bab kapitayan. Awit aku kemutan marang dhawuhe guruku biyen, menawa kapitayanmu iku kapitayanmu, kapitayanku iku kapitayanku...’’ Dengan kesadaran seperti itu Syekh Makdum segera melakukan salat makrifat. Setelah salat ia meninggal dengan tenang tanpa sebab. Konon, setelah dikubur, dari makamnya muncul keris yang dapat mengalahkan Ondorante. Keris tersebut dinamai keris Kyai Jangkung.
Dalam kisah ketoprak ini diceritakan pula mengapa Ondorante suka marah-marah terhadap orang-orang yang akan salat di masjid. Ia jengkel mendengar azan, yang oleh Ondorante bunyinya dipelesetkan menjadi: ‘’lawa bubar...lawa bubar.’’ Merusak beduk karena jengkel suaranya kok dipercaya, dan membuat orang-orang berdatangan ke masjid untuk salat. Padahal, beduk hanya terbuat dari kulit sapi. Ia juga jengkel kepada perempuan-perempuan berkerudung (berjilbab) karena tidak bisa melihat dan menikmati kecantikannya. Menurut Ondorante, pakai jilbab seperti orang mau ‘’ngundhuh tawon’’.
Dalam pandangan budaya Jawa, orang bingung digambarkan seperti ‘’kelangan keblat’’. Seluruh sikap perilakunya jadi kehilangan arah, berputar-putar tak tentu tujuan. Mau ke utara, jalannya ke selatan. Mau ke barat, langkahnya menuju timur. Dan celakanya, orang bingung jadi sering bertindak ngawur, ceroboh, grusa-grusu. Persis seperti Ondorante. Orang bingung sama halnya tengah mengalami kegelapan. Menurut kapitayan Jawa, siapa pun yang sedang kebingungan, berada dalam kegelapan, dirundung masalah yang rumit dan pelik, jangan buru-buru bergerak. Dia harus menemukan ‘’pepadhange ati’’ lebih dulu, karena mata tak lagi mampu menembus kegelapan atau masalah yang menyelimuti jiwa raganya. Soalnya, dalam puncak kebingungan, semua jadi jungkir balik. Atas jadi bawah, putih jadi merah! Nah, ketika kebingungan belum teratasi, melakukan apa pun kebanyakan hasilnya akan wurung, sia-sia. Ketika bingung, ora dunung, kemudian berbuat ceroboh sampai kesandhung dan kedlarung, akhirnya tentu hanya penyesalan yang kita rasakan. Dan untuk penyesalan seperti itu, di Jawa sudah ada unen-unen yang menunggu dan siap mengejek terang-terangan: ‘’Keduwung nguntal wedhung.’’ Memang, semua orang pernah bingung, tetapi kebingungan itu perlu dijinakkan lebih dulu sebelum berbuat, sehingga tidak menjadi batu sandungan yang membuyarkan impian dan harapan.
Kalau dionceki, tokoh Ondorante ini jelas menunjukkan tanda-tanda orang bingung. Persis unen-unen Jawa: gudel bingung. Anak kerbau yang nyrudug-nyrudug tak keruan juntrungnya karena tidak tahu dan tidak bisa menyesuaikan diri terhadap situasi kondisi yang dihadapi. Orang bingung sering juga digambarkan seperti ‘’nglangkahi oyod mimang’’. Konon, oyod mimang ada yang mengartikan akar beringin. Namun dalam pandangan lain, oyod mimang adalah akar pohon apa saja yang bentuk dan strukturnya aneh. Ujung akar membentuk belitan berkali-kali dan tidak lagi memanjang seperti lazimnya akar biasa.
(Eko Wahyu Budiyanto/CN37) Sumber
Sepengal Cerita Ondorate dan Syekh Makdum
Written By Unknown on Thursday, May 2, 2013 | 7:36 AM
Bingung Ora Dunung, Obah Kesandhung, Mlangkah Kedlarung
patiNEWS,Seputar kota pati,PortalPATI,setelah kami baca teryata yg di jadikan cerita di sini adalah cerita dari bumi pati, antara rono rantai dan syeh mahdum,sebuah cerita yg membawa makna dan arti tinggi dalem.,tulisan ini saya copas dari suara merdeka,
Sekali waktu sanak kadang menyempatkan diri ndhudhah bothekan pitutur kejawen, akan ketemu wewarah yang berbunyi, ‘’Bingung ora dunung, obah kesandhung, mlangkah kedlarung.’’ Untuk mbabar makna peribahasa ini bisa kita gunakan contoh kasus Ondorante, tokoh legenda dalam ketoprak Keris Jangkung. Cerita ini pun telah dikasetkan dan sangat populer di wilayah eks Karesidenan Pati.
Konon, pada masa pemerintahan Sultan Agung, ada kawula Kadipaten Pati yang suka membuat onar. Namanya Ondorante. Kisahnya, Ondorante sering marah dan membubarkan orang-orang yang mau salat di masjid. Beduk masjid di rusak, perempuan-perempuan berjilbab diejek, dilempari batu. Berkali-kali umat Islam di desa melawan, namun selalu kalah karena kesaktian Ondorante sangat tinggi. Bahkan ketika Adipati Mangun Oneng (Adipati Pati) dan Tumenggung Sombo Pradan juga turun tangan, keduanya juga dibuat bertekuk lutut oleh Ondorante.
Akhirnya, peristiwa itu dilaporkan ke Mataram. Sultan Agung mengutus Syekh Makdum Alatas untuk menangani ontran-ontran tadi. Kepada Syekh Makdum dijanjikan, kalau bisa ngrangket Ondorante akan dihadiahi tanah untuk mendirikan pondok pesantren di Sitinggil (desa tempat Ondorante berada). Singkat cerita, setelah mereka bertemu, Syekh Makdum dan Ondorante terlibat perdebatan sengit. Dan karena Ondorante tidak mau menyadari kesalahan, maka terjadilah perang tanding. Hanya, perang tanding itu pun juga tidak menyelesaikan masalah. Sebab, kesaktian mereka seimbang. Keduanya sama-sama teguh tanggon, sama-sama memiliki segudang aji jaya kawijayan sekaligus penangkal.
Ketika sedang silih ungkih itu, tiba-tiba Syekh Makdum sadar, dan ingat pesan almarhum guru. Kemudian dia menghindar dari gelanggang dan menemui muridnya, Klinthing Wesi. Kepada si murid ia berbisik, ‘’Rumangsa lingsem aku ditantang bocah nganti padudon ngrembug bab kapitayan. Awit aku kemutan marang dhawuhe guruku biyen, menawa kapitayanmu iku kapitayanmu, kapitayanku iku kapitayanku...’’ Dengan kesadaran seperti itu Syekh Makdum segera melakukan salat makrifat. Setelah salat ia meninggal dengan tenang tanpa sebab. Konon, setelah dikubur, dari makamnya muncul keris yang dapat mengalahkan Ondorante. Keris tersebut dinamai keris Kyai Jangkung.
Dalam kisah ketoprak ini diceritakan pula mengapa Ondorante suka marah-marah terhadap orang-orang yang akan salat di masjid. Ia jengkel mendengar azan, yang oleh Ondorante bunyinya dipelesetkan menjadi: ‘’lawa bubar...lawa bubar.’’ Merusak beduk karena jengkel suaranya kok dipercaya, dan membuat orang-orang berdatangan ke masjid untuk salat. Padahal, beduk hanya terbuat dari kulit sapi. Ia juga jengkel kepada perempuan-perempuan berkerudung (berjilbab) karena tidak bisa melihat dan menikmati kecantikannya. Menurut Ondorante, pakai jilbab seperti orang mau ‘’ngundhuh tawon’’.
Dalam pandangan budaya Jawa, orang bingung digambarkan seperti ‘’kelangan keblat’’. Seluruh sikap perilakunya jadi kehilangan arah, berputar-putar tak tentu tujuan. Mau ke utara, jalannya ke selatan. Mau ke barat, langkahnya menuju timur. Dan celakanya, orang bingung jadi sering bertindak ngawur, ceroboh, grusa-grusu. Persis seperti Ondorante. Orang bingung sama halnya tengah mengalami kegelapan. Menurut kapitayan Jawa, siapa pun yang sedang kebingungan, berada dalam kegelapan, dirundung masalah yang rumit dan pelik, jangan buru-buru bergerak. Dia harus menemukan ‘’pepadhange ati’’ lebih dulu, karena mata tak lagi mampu menembus kegelapan atau masalah yang menyelimuti jiwa raganya. Soalnya, dalam puncak kebingungan, semua jadi jungkir balik. Atas jadi bawah, putih jadi merah! Nah, ketika kebingungan belum teratasi, melakukan apa pun kebanyakan hasilnya akan wurung, sia-sia. Ketika bingung, ora dunung, kemudian berbuat ceroboh sampai kesandhung dan kedlarung, akhirnya tentu hanya penyesalan yang kita rasakan. Dan untuk penyesalan seperti itu, di Jawa sudah ada unen-unen yang menunggu dan siap mengejek terang-terangan: ‘’Keduwung nguntal wedhung.’’ Memang, semua orang pernah bingung, tetapi kebingungan itu perlu dijinakkan lebih dulu sebelum berbuat, sehingga tidak menjadi batu sandungan yang membuyarkan impian dan harapan.
Kalau dionceki, tokoh Ondorante ini jelas menunjukkan tanda-tanda orang bingung. Persis unen-unen Jawa: gudel bingung. Anak kerbau yang nyrudug-nyrudug tak keruan juntrungnya karena tidak tahu dan tidak bisa menyesuaikan diri terhadap situasi kondisi yang dihadapi. Orang bingung sering juga digambarkan seperti ‘’nglangkahi oyod mimang’’. Konon, oyod mimang ada yang mengartikan akar beringin. Namun dalam pandangan lain, oyod mimang adalah akar pohon apa saja yang bentuk dan strukturnya aneh. Ujung akar membentuk belitan berkali-kali dan tidak lagi memanjang seperti lazimnya akar biasa.
(Eko Wahyu Budiyanto/CN37) Sumber
9:17 AM
Sumber Data : Segogandul.com
Penguasa Yang Baru saat ini adalah Bpk Haryanto dan Bp Budiono sebagai bupati dan wakil bupati kab pati.
untuk foto foto bupati pati tempo dulu silahkan liat di mari http://bit.ly/ZYElWk karena foto terproteksi jadi agar tidak menyalahi aturan maka kami tidak akan menyalin dr sumber foto,mungkin kapan kapan kalau ada acara lagi di ruang joyokusumo kab pati kita akan ambil gambar lagsung.salam pati bumi mina tani berdaya upaya menuju pati yang makmur.
Nama Nama Penguasa Kota Pati
Written By Unknown on Tuesday, April 30, 2013 | 9:17 AM
Portal Pati,Pati_News,Seputar Kota Pati, Beberapa Waktu yang lalu
admin sempat ada acara di gedung joyokusumo Komplek Kabupaten pati,di
dalam Ruangan joyokusumo terpampang foto foto lama,foto seseorang yang
sangat mengelitik untuk di lihat setelah di amati teryata foto foto
tersebut adalah foto foto para penguasa tanah pati dari dulu hingga saat
ini, sayang saat itu belum sempat mengabadikan fotonya,
1 | Raden Tambranegara | Adipati di Kabupaten Pesantenan dan Pati | Sekitar tahun 1300 | |||
2 | Raden Tandanegara | Adipati di Kabupaten Pati | Tahun 1330 | |||
3 | Kayu Bralit | Adipati di Kabupaten Pati | Tahun 1511-1518 (de Grafi) | |||
4 | Ki Agen Penjawi | Adipati di Kabupaten Pati setelah gugurnya Arya Penangsang | Tahun 1568-15... | |||
5 | Raden Sidik Bergelar Djajakoesoema I | Adipati di Kabupaten Pati | Tahun 1577-1601 | |||
6 | Djajakoesoema II | Adipati di Kabupaten Pati (Adipati Pragola) | Tahun 1601-1628 | |||
7 | Ki Arja Pagedongan/Penjaringan (Djajakoesoema II) | Adipati di Kabupaten Pati (Adipati Pragola II) | Tahun 1628-1640 | |||
8 | Adipati Pragola II, pemerintahan kosong/tidak didirikan Adipati tetapi akan tetapi pemerintahan pecah menjadi 2 (dua) Katemenggungan dan 7 (tujuh) Kademengan, Yaitu : Katemenggunan : * Toemenggung Wetanan * Toemenggung Koelonan Kademangan : * Demang Tenggeles * Demang Selowesi * Demang Tjengkalsewu * Demang Glongsong * Demang Paselehan * Demang Margotoehoe * Demang Juwono | |||||
9 | Mangoen Oneng I (Lepek) | Adipati di Kabupaten Pati | s/d tahun 1670 (pakem) | |||
10 | Mangoen Oneng II (Widjo) | Adipati di Kabupaten Pati | Tahun 1678-1682 | |||
11 | Toemenggung Tirtonoto Adik Mangoen Oneng | Adipati di Kabupaten Pati | Tahun 1682-1690 | |||
12 | Mengoen Oneng III (Abroenoto) | Adipati di Kabupaten Pati (Putra Mangoen Oneng II) | Tahun 1690-1701 | |||
13 | Soemodipoera (Putra Pangeran Koedoes) | Adipati di Kabupaten Pati | Tahun 1701-1718 | |||
14 | Pangeran Koming (Pamegat Koming I) | Adipati di Kabupaten Pati (Putra Soemodipoero) | Tahun 1718-1720 | |||
15 | Pangeran Kuning (Pamegat Sari II) | Adipati di Kabupaten Pati (Wafat dan makamnya di Kudus) | Tahun 1720 | |||
16 | Pamegat Sari III (Raden Wiratmodjo II) | Adipati di Kabupaten Pati (PAKEM, Hal 131, No. 16 zie sejarah 7/407) | Dukuh Muktisari Desa Muktisari Desa | |||
17 | Pangeran Aryo (Megat Sari III) | Adipati di Kabupaten Pati (Zaman Deandels zie sejarah 9/407) | Diasingklan ke Belanda dan Makamya di Surabaya | |||
18 | * Sosrodiningrat * Mangunkusumo | Bupati Pati Wetan Bupati Pati Kulon | Tahun 1807-1808 | |||
19 | Kiai Adipati Tjondroagoro | Bupati Pati Pindahan dari Bupati Lamongan | Tahun 1808-1812 | |||
20 | Adipati Raden Tjondronagoro | Bupati Pati dimakamkan di Desa Puri Pati | Tahun 1812-1829 | |||
21 | Raden Bagoes Mita bergelar Kandjeng Pangeran Ario Tjondro Adinegeoro | Bupati Pati | Tahun 1812-1829 Dapat dibaca pada prasasti berdirinya masjid Gambiran Pati | |||
22 | Raden Bagoes Kasan Bergelar Raden Adipati Ario Tjondro Adinegoro | Bupati Pati | Tahun 1896-1904 | |||
23 | Raden Toemenggong Prawiro Werdojo | Bupati Pati | Tahun 1904-1907 | |||
24 | Raden Adipati Ario Soewondo | Bupati Pati | Tahun 1907-1934 Wafat 4 Juni 1934 | |||
25 | K.G.P. Dipokoesoemo | Bupati Pati (Enam bulan) | Tahun 1934-1935 | |||
26 | R.T.A Milono | Bupati Pati kemudian menjadi Residen Pati | Tahun 135-1945 Tahun 1945-1948 | |||
27 | M. Moerjono Djojodigdo | Bupati Pati | Tahun 1945-1948 Tahun 1948 terjadi perebutan oleh PKI/Muso, mulai Desember 1948 ClashII Pd. Bupati Pati ditunjuk Sukemi Wedono Tayu | |||
28 | Raden Soebijanto | Bupati Pati | Tahun 1950-1952 | |||
29 | Raden Soekardji Mangoen Koesoemo | Bupati Pati | Tahun 1952-1954 | |||
30 | Palal al Pranoto Palal al Pranoto | Bupati Pati Kepala Daerah Swatantra | Tahun 1954-1957 Tahun 1957-1959 | |||
31 | M. Soermardi Soero Prawiro | Pegawai Tinggi diperbantukan Pemda tingkat II | Tahun 1957-1959 | |||
32 | M. Soetjipto | Bupati kdh. Pati | Tahun 1959-1967 | |||
33 | A.K.B.P Raden Soehargo | Bupati Kdh. Pati | Tahun 1959-1967 | |||
34 | Kol. Pol.Drs. Edy Rustam Santiko | Bupati Kdh.Pati | Tahun 1973-1979 | |||
35 | Kol. Inf. Panoedjoe Hidayat | bupati Kdh. Pati | Tahun 1971981 menjabat 18 bulan/meninggal dunia | |||
36 | Drs. Soeparto Soewondo | Residen Pati merangkap Pj. Bupati Kdh. tingkat II Pati | s/d agustus 1981 | |||
37 | Kol. Art. Saoedji | Bupati Kdh. Tingkat II Pati | 6 Agustus 1981 sd September 1991 | |||
38 | Kol. Kav. Sunardji | Bupati Kdh. Tingkat II pati | September 1991 s/d September 1996 | |||
39 | Kol. Art. H. Yusuf Muhammad | Bupati Kdh. Tingkat II Pati | September 1996 s/d September 2001 | |||
40 | H. Tasiman, SH Drs. Kotot Kusmanto | Bupati Pati Wakil Bupati | September 2001 s/d September 2006 | |||
41 | H. Tasiman, SH Kartika Sukawati, SE. MM | Bupati Pati Wakil Bupati | September 2006 s/d 2010 |
Penguasa Yang Baru saat ini adalah Bpk Haryanto dan Bp Budiono sebagai bupati dan wakil bupati kab pati.
untuk foto foto bupati pati tempo dulu silahkan liat di mari http://bit.ly/ZYElWk karena foto terproteksi jadi agar tidak menyalahi aturan maka kami tidak akan menyalin dr sumber foto,mungkin kapan kapan kalau ada acara lagi di ruang joyokusumo kab pati kita akan ambil gambar lagsung.salam pati bumi mina tani berdaya upaya menuju pati yang makmur.
Label:
Berita,
Budaya,
Lokal,
Pariwisata