
menggunakan sistem tertutup.
Hal ini untuk mencegah adanya penyelewengan terhadap barang bersubsidi tersebut. Sehingga kelangkaan elpiji dapat ditekan. Model distribusi tertutup itu, akan mengadopsi distribusi pupuk bersubsidi, yang hanya dilakukan melalui agen resmi.
Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Pati Riyoso mengatakan, pihaknya telah berkoordinasi dengan instansi terkait mengenai rencana itu. Yakni dengan Bagian Perekonomian Setda Pati, perwakilan agen elpiji dan PT Pertamina.
”Elpiji melon merupakan barang bersubsidi, sehingga kami harus mengontrol dan memantau pendistribusiannya, yang saat ini masih terbuka. Untuk tahun 2015 akan diupayakan menjadi distribusi tertutup,” katanya, kemarin.
Dengan sistem itu, pihak yang ingin bermain curang bisa dicegah. Sehingga ketersediaan stok tetap aman, karena tindakan antisipasi kelangkaan sudah disiapkan. Meski demikian menurut dia, teknis mengenai distribusi tertutup itu saat ini tengah dikaji.
Pihaknya juga tengah menunggu kepastian izin sistem itu dari Pertamina. Sebab menurutnya, jika sistem pendistribusian elpiji tetap terbuka dan tidak ada perubahan, maka berpotensi akan menjadi celah bagi oknum untuk mencari keuntungan pribadi.
”Sama halnya seperti pupuk bersubsidi, jika pelaksanaan pendistribusiannya dilakukan secara tertutup dan diawasi dengan ketat, maka kecurangan bisa diminimalisasi. Untuk itu, kami juga terus melakukan pengkajian terkait teknisnya dan berkonsultasi dengan Kementerian ESDM, Disperindag Provinsi Jateng, dan Pertamina,” terangnya.
Ia menerangkan, pada tahun 2014 Pemkab Pati mengajukan alokasi elpiji 3 kg sekitar 11 juta tabung. Namun realisasi yang diberikan pemerintah pusat dan Pertamina hanya sebanyak 8,7 juta tabung. Itu pun yang 700 juta tabung merupakan realisasi tambahan,sumber
Post a Comment